×

Maintenance Repair & Overhaul Space Air Cargo

Home- Regional Stories -Data SIPRI: AS Tetap Menjadi Eksportir Senjata Global Teratas

Data SIPRI: AS Tetap Menjadi Eksportir Senjata Global Teratas

SIPRI Yulian Ardiansyah Arun Sivasankaran - : Mar 17, 2021 - : 5:23 pm

Amerika Serikat (AS) tetap menjadi pengekspor senjata terbesar dengan meningkatkan pangsa ekspor senjata globalnya dari 32% menjadi 37% dalam periode tahun 2011-2015 dan 2016-2020, sementara ekspor senjata Tiongkok dan Rusia turun selama lima tahun terakhir.

Menurut data transfer senjata global yang diterbitkan oleh Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), AS memasok senjata utama ke 96 negara pada periode 2016-2020, dengan 47% transfer senjata dikirim ke Timur Tengah. Arab Saudi sendiri menyumbang 24% dari total ekspor senjata AS. Peningkatan ekspor senjata AS sebanyak 15% antara periode 2011-2015 dan 2016-2020 semakin memperlebar jurang antara AS dan Rusia yang menempati peringkat kedua.

Perancis yang menempati posisi ketiga, meningkatkan ekspor senjata utamanya sebesar 44% dan menyumbang 8,2% dari ekspor senjata global pada 2016-2020. India, Mesir dan Qatar digabungkan untuk menerima 59% dari ekspor senjata Perancis. Jerman, yang berada di urutan keempat, meningkatkan ekspor senjata utamanya sebesar 21% antara 2011-2015 dan 2016-2020 dan menyumbang 5,5% dari nilai keseluruhan global. Pasar utama ekspor senjata Jerman adalah Korea Selatan, Aljazair, dan Mesir.

Ekspor senjata Rusia, yang menyumbang 20% dari semua ekspor senjata utama pada 2016-2020, turun 22%, ke tingkat yang kurang lebih sama seperti pada periode 2006-2010. Sekitar 90% dari penurunan tersebut disebabkan oleh berkurangnya hingga 53% ekspor senjatanya ke India.

“Rusia secara substansial meningkatkan transfer senjatanya ke Tiongkok, Aljazair, dan Mesir antara 2011-2015 dan 2016-2020, tetapi ini tidak mengimbangi penurunan besar dalam ekspor senjatanya ke India,” kata Alexandra Kuimova, peneliti dari SIPRI Arms and Military Expenditure Program. “Meskipun Rusia baru-baru ini menandatangani kesepakatan senjata besar baru dengan beberapa negara dan ekspornya mungkin akan meningkat lagi secara bertahap di tahun-tahun mendatang, Rusia menghadapi persaingan yang kuat dari AS di sebagian besar wilayah.” lanjutnya.

Ekspor oleh Tiongkok, eksportir senjata terbesar kelima dunia pada 2016-2020, turun 7,8% antara 2011-2015 dan 2016-2020. Ekspor senjata Tiongkok menyumbang 5,2% dari total ekspor senjata pada 2016-2020. Pakistan, Bangladesh, dan Aljazair adalah penerima senjata Tiongkok terbesar.

Negara-negara Timur Tengah mengimpor 25% lebih banyak senjata utama pada 2016-2020 daripada yang mereka lakukan pada 2011-2015. Arab Saudi, importir senjata terbesar dunia, meningkatkan impor senjatanya sebesar 61% dan Qatar sebesar 361%. Di sisi lain, impor senjata oleh Uni Emirat Arab (UEA) turun sebanyak 37%.

Impor senjata Mesir meningkat 136% antara 2011-2015 dan 2016-2020. Mesir, yang terlibat dalam perselisihan dengan Turki mengenai sumber daya hidrokarbon di Mediterania timur, tengah banyak berinvestasi untuk pasukan angkatan lautnya.

Impor senjata Turki turun 59% antara 2011-2015 dan 2016-2020. Faktor utama adalah AS menghentikan pengiriman pesawat tempur F-35 ke negara itu pada 2019 setelah Turki mengimpor sistem pertahanan udara Rusia. Turki juga meningkatkan produksi senjata utama dalam negeri, untuk mengurangi ketergantungannya pada impor.

Impor senjata oleh India menurun sebanyak 33% antara 2011-2015 dan 2016-2020. Rusia adalah pemasok yang paling terpengaruh, meskipun impor senjata AS oleh India juga turun sebesar 46%.

Untuk kawasan Asia Tenggara, impor senjata Indonesia mengalami penurunan sebesar 17,86% dari dua periode yang sama walaupun terjadi peningkatan substansial sebesar 24,4% antara tahun 2019 dan 2020. Filipina, dalam dua periode yang sama, meningkatkan impor senjatanya sebesar 229% dengan peningkatan sebanyak 84,65% antara 2019 dan 2020.

Lebih jauh adalah daftar nilai perubahan impor senjata dari seluruh negara-negara ASEAN dimana nilai pertama dalam periode 2011-2015 dan 2016-2020, serta nilai dalam tanda kurung adalah spesifik antara 2019-2020:

Brunei : n/a (n/a)
Filipina : +229% (+84,65%)
Indonesia : -17,86% (+24,4%)
Kamboja : -96,5% (n/a)
Laos : +172,9% (-37%)
Malaysia : +114.4% (-15,4%)
Myanmar : -40,1% (-36,48%)
Singapura : -9% (-88,36%)
Thailand : +44,36% (-55,2%)
Vietnam : -40,8% ( -74,38%)

(n/a = not available atau dimana tidak ada cukup data yang tersedia dalam database SIPRI)

Bagian utama artikel ini juga tersedia dalam bahasa Inggris.

Headquartered in Singapore with reporters spread across all major regions, GBP Aerospace & Defence is a leading media house that publishes three publications that serve the aerospace and defence sector - Asian Defence Technology, Asian Airlines & Aerospace and Daily News. Known industry-wide for quality journalism, GBP Aerospace & Defence is present at more international tradeshows and exhibitions than any other competing publication in the region.
For over three decades, our award-winning team of reporters has been producing top-notch content to help readers stay abreast of the latest developements in the field of commercial aviation, MRO, defence, and Space.

Popular Posts

Copyright 2024. GBP. All Rights Reserved.

Home Defence & Security Space Commercial Aviation Maintence Repair & Overhaul Daily News Events About Us

×