Dubes Israel: Kami Siap Jalin Kerja Sama Pertahanan dengan UEA

Israel siap untuk menjalin kerja sama masa depan dalam pertahanan rudal dengan Uni Emirat Arab dan mendukung permintaan Abu Dhabi untuk memperoleh pesawat tempur siluman F-35 dari Amerika Serikat, kata Duta Besar Israel pertama untuk UEA.

Dalam wawancara eksklusif dengan Daily News di sela-sela Pameran Pertahanan Internasional (IDEX 2021) di Abu Dhabi, Duta Besar Eitan Na’eh mengatakan: “Kami (Israel dan UEA) berbagi kepentingan keamanan yang penting dan kolaborasi kami akan memperkuat stabilitas regional.”

Menjawab pertanyaan spesifik mengenai apakah Israel akan terbuka untuk kerja sama pertahanan rudal di masa depan dengan UEA, dia berkata: “Tentu saja kami terbuka untuk kerja sama pertahanan rudal di masa depan. Kami harus memutuskan dan merancangnya dan memprioritaskannya. Ini adalah sebuah proses, dan tidak terjadi dalam sehari. Sayangnya, Covid-19 telah memperlambat prosesnya, jika tidak semuanya akan bergerak dan terjadi lebih cepat.”

Baru-baru ini, UEA telah mengevaluasi kemungkinan untuk membeli sistem pertahanan rudal Iron Dome menyusul kemungkinan ancaman tindakan Iran terhadapnya sebagai tanggapan atas perjanjian damai dengan Israel. “Kami berbagi kepentingan keamanan yang penting, kolaborasi akan memperkuat stabilitas kawasan,” tambah Na’eh.

Duta Besar Israel juga mengatakan bahwa negaranya akan berusaha mendukung impian UEA untuk mendapatkan pesawat tempur F-35 dari Amerika Serikat. Serikat. “Kami mendukung [dan] ingin teman-teman kami mendukung UEA. Apapun yang mendukung proses perdamaian itu baik untuk kita semua.”

Meskipun administrasi pemerintahan Trump sebelumnya telah menyetujui penjualan 50 jet F-35 Lightning II serta drone MQ-9 Reaper ke UEA, Presiden AS Joe Biden yang baru terpilih memutuskan untuk menunda kesepakatan yang diusulkan.

Kesepakatan itu terjadi setelah UEA dan Israel mengumumkan pada 13 Agustus 2020 bahwa mereka akan menormalisasi hubungan dan terutama sejak mereka menandatangani Perjanjian Abraham.

Merinci prioritas langsungnya di negara Teluk, Na’eh berkata: “Agenda utama [kami] adalah untuk membuat hubungan ini berjalan untuk mewujudkan program-program yang sedang kami rancang di berbagai bidang, termasuk pertahanan dan antariksa, karena terdapat sinergi yang tinggi antara kedua negara.”

Mengenai produksi lokal dan transfer teknologi, dia berkata: “Semuanya mungkin. Kita perlu duduk dan mengidentifikasi area [kerja sama] yang memungkinkan. Kita perlu membangun mekanisme untuk membuat kita membangun bidang yang menjadi kepentingan bersama. Kami telah memulainya dan kami bergerak ke arah yang benar.”

Ditanya apakah pembicaraan antar pemerintah telah dimulai antara Israel dan UEA di arena pertahanan, dia berkata: “Ya, kami telah mulai dan kami pasti akan membangun model hubungan pertahanan yang baik. Sebuah model hubungan dan kerja sama yang baik.”

“Kami berharap Abraham Accords akan diperluas ke negara-negara Arab lainnya dan mereka melihat apa yang kami bangun di sini dan bagaimana kami membentuk hubungan kami dengan wilayah tersebut dan apa saja kemungkinannya. Dengan seizin Tuhan, hal ini akan berhasil. Kami sedang membangun model dan sibuk merancang dan menerapkannya.”

Dia juga mengatakan negaranya akan terbuka untuk membuka produksi lokal melalui mitra lokalnya. “Kami pasti akan melihat prospek ini,” katanya.

Merujuk pada rendahnya jumlah pengunjung di IDEX2021, Na’eh menyesali hal ini: “Tentu saja, kami minta maaf karena tidak bisa datang. Sayangnya, karena kami harus menutup perbatasan kami karena Covid. Kami ingin menyingkirkan Covid dan itu adalah prioritas kami. Kerja sama akan terus berlanjut dan tetap ada minat disana.”

Eitan Na’eh, adalah mantan duta besar untuk Turki, dan telah menjadi orang Israel pertama yang memiliki status diplomatik penuh di negara Teluk setelah normalisasi hubungan dengan Israel.

Artikel ini juga tersedia dalam bahasa Inggris.