Pembicaraan antara pemerintah Jepang dan Indonesia mengenai potensi pengembangan dan produksi bersama kapal perang canggih untuk TNI Angkatan Laut (TNI AL) terus berlanjut di tingkat tertinggi, demikian dilaporkan oleh Japan Times pada Senin (21/4). Pembicaraan ini menggarisbawahi upaya yang semakin besar dari kedua negara untuk memperdalam hubungan industri pertahanan mereka, terutama di sektor angkatan laut.
Menurut Duta Besar Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi, inisiatif kapal perang ini tetap menjadi prioritas strategis di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Upaya untuk mengakuisisi dan memproduksi bersama varian khusus dari fregat kelas Mogami milik Jepang telah mendapatkan momentum baru setelah serangkaian pertemuan tingkat tinggi di Jakarta. Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba dan Menteri Pertahanan Gen Nakatani masing-masing mengangkat topik ini selama kunjungan terpisah mereka ke Jakarta awal tahun ini. Diskusi lebih lanjut diharapkan terjadi ketika Kepala Staf Pasukan Bela Diri Jepang, Yoshihide Yoshida, mengunjungi Indonesia akhir bulan ini.
Akhmadi mengatakan bahwa isu-isu energi dan keamanan maritim termasuk di antara topik utama yang dibahas selama pertemuan Prabowo dengan Ishiba pada bulan Januari. Ia menambahkan bahwa hal ini juga mengarah pada pembicaraan mengenai potensi pertukaran lainnya, termasuk kemungkinan Tokyo menyediakan kapal selam kelas Soryu yang sudah tidak digunakan lagi kepada Jakarta.
Kolaborasi frigat yang diusulkan, dengan nilai proyek dilaporkan mencapai 300 miliar Yen, mencakup pembangunan empat kapal di Jepang dan empat lainnya di Indonesia oleh galangan kapal milik negara, PT PAL. Skema ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan operasional TNI AL yang terus berkembang sekaligus memperkuat kemampuan industri dalam negeri.
Pembicaraan mengenai pengadaan fregat dari Jepang ini sebelumnya sempat terhenti di bawah pemerintahan Joko Widodo. Hal ini diakibatkan dampak pandemi COVID-19 dan kendala keuangan terkait dengan program relokasi ibu kota negara. Namun, Duta Besar Akhmadi menyatakan bahwa negosiasi telah mendapatkan momentum di bawah kepemimpinan saat ini, dengan pelonggaran Jepang terhadap pembatasan ekspor pertahanan yang dilakukan baru-baru ini. Selain Indonesia, Jepang juga mengincar potensi ekspor fregat kelas Mogami yang ditingkatkan ke Australia.
Pendanaan tetap menjadi tantangan utama. Meskipun Tokyo dikabarkan telah menawarkan skema pinjaman, peraturan di Indonesia mengharuskan pemerintah untuk menyediakan dana awal sebesar 10% hingga 20% dari total nilai proyek — sebuah pertimbangan anggaran yang cukup besar bagi Jakarta. Selain produksi bersama, Indonesia juga ingin mendapatkan akses terhadap teknologi pertahanan canggih yang terintegrasi dalam platform kelas Mogami, menandakan minat pada manfaat strategis dan industri jangka panjang.
Tawaran Negara Lain
Seiring dengan penjajakan Indonesia terhadap hubungan industri pertahanan yang lebih dalam dengan Jepang, negara ini terus menerima tawaran kompetitif dari negara lain. Tiongkok dilaporkan telah menawarkan penjualan kapal perusak Type 052D serta kapal selam kelas Yuan (S-26T). Menurut sejumlah sumber, kapal selam yang awalnya ditujukan untuk Thailand ini mengalami kendala dalam penyelesaiannya akibat penolakan Jerman untuk mengekspor mesin diesel yang dibutuhkan untuk sistem propulsi kapal selam tersebut.
Lebih jauh, sejumlah industri pertahanan Eropa juga tengah aktif di Indonesia untuk menawarkan produk-produk maritim. Naval Group dari Prancis dikabarkan menawarkan frigat FDI menyusul keberhasilan kesepakatan kapal selam Scorpene, meskipun status negosiasinya masih belum jelas. Italia, di sisi lain, akan mengirimkan dua kapal patroli lepas pantai (OPV) ke TNI AL dalam beberapa minggu mendatang. Jakarta juga disebut tengah berdiskusi dengan Roma terkait kemungkinan pengadaan kapal induk ITS Giuseppe Garibaldi yang telah dipensiunkan, beserta armada pesawat AV-8B Harrier. Namun, muncul kekhawatiran mengenai efektivitas pesawat-pesawat tua tersebut mengingat masalah dukungan dan ketersediaan suku cadang.
Pemerintah Indonesia kini menghadapi sorotan yang semakin tajam dari para pengamat pertahanan dalam negeri terkait strategi pengadaannya. Para analis menyoroti kompleksitas dalam menavigasi berbagai tawaran bernilai tinggi dari berbagai negara, serta mempertanyakan prioritas dan keberlanjutan jangka panjang — tidak hanya bagi TNI AL, tetapi juga untuk seluruh jajaran Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Headquartered in Singapore with reporters spread across all major regions, GBP Aerospace & Defence is a leading media house that publishes three publications that serve the aerospace and defence sector - Asian Defence Technology, Asian Airlines & Aerospace and Daily News. Known industry-wide for quality journalism, GBP Aerospace & Defence is present at more international tradeshows and exhibitions than any other competing publication in the region.
For over three decades, our award-winning team of reporters has been producing top-notch content to help readers stay abreast of the latest developements in the field of commercial aviation, MRO, defence, and Space.
Copyright 2024. GBP. All Rights Reserved.