Terma CMS Lulus Uji Untuk Empat KCR-60 TNI AL

[Siaran Pers Terma]

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI-AL) telah menyetujui uji penerimaan pabrik dari empat sistem manajemen tempur (CMS) baru untuk empat unit kapal serang cepat, “KCR-60”, yang dijadwalkan untuk bergabung dalam armada TNI-AL.

Prosesnya jauh dari konvensional. Biasanya, persiapan komprehensif CMS untuk setiap kapal angkatan laut melibatkan beberapa pertemuan di mana spesifikasi dan ekspektasi diselaraskan di seluruh organisasi yang terlibat. Namun, dengan adanya pembatasan COVID-19, sebagian besar kolaborasi telah beralih ke online, termasuk empat Uji Penerimaan Pabrik (Factory Acceptance Test/FAT).

Terma dikontrak untuk mengirimkan CMS untuk empat kapal KCR-60. Namun hal ini menjadi tantangan karena tidak bisa diadakan melalui pertemuan langsung. Walaupun demikian program dan persetujuan FAT tetap sesuai jadwal untuk memenuhi permintaan pelanggan dan tim proyek baik di Terma maupun di PT PAL.

PT PAL memegang kontrak utama untuk membangun dan mengirimkan empat kapal – dua adalah KCR-60 yang baru dan dua lainnya adalah KCR-60 yang sudah ada yang sedang menjalani peningkatan total.

FAT MELALUI DEMO VIDEO

Keempat FAT dilakukan secara virtual sebagai apa yang disebut “demo FAT” terhadap pengguna akhir.

Dalam praktiknya, Terma telah melakukan dan menyelesaikan Uji Penerimaan Pabrik secara penuh dan menyeluruh sebelum acara FAT demo virtual yang sebenarnya. Perwakilan kualitas internal Terma menyaksikan dan menandatangani bahwa hasil Uji Penerimaan Pabrik memenuhi harapan.

Selama FAT demo virtual, Terma menyajikan berbagai topik yang dipilih sebelum acara. Topik dijelaskan secara menyeluruh melalui rapat Microsoft Teams dengan menggunakan kamera video.

Sementara dua FAT demo pertama dilakukan sepenuhnya secara online, pembatasan COVID-19 mengizinkan kehadiran langsung di dua FAT terakhir oleh masing-masing atase pertahanan Indonesia yang berbasis di London dan yang berbasis di Berlin.

“Saya sangat bangga kami dapat menyelesaikan tes penerimaan pabrik tepat waktu, dan saya bersyukur Kementerian Pertahanan, Angkatan Laut, dan PT PAL Indonesia sangat pengertian dan fleksibel meskipun menghadapi tantangan COVID-19,” tutur Kepala Program Indonesia di Terma, Mr. Per Boye Ovesen.

Terma bertindak sebagai integrator sistem tempur dan bertanggung jawab untuk mengintegrasikan semua sensor dan efektor di atas kapal. Selanjutnya, Terma dikontrak untuk mengirimkan: sistem manajemen tempur C-Flex, sistem peluncuran umpan C-Guard, sistem pengendalian tembakan C-Fire, dan radar pengawasan udara & permukaan SCANTER 4603 untuk keempat kapal KCR-60.

SIAP UNTUK UJI PENERIMAAN & UJI PENEMBAKAN LANGSUNG

2022 akan menjadi tahun dimana pelaksanaan pengujian penerimaan dengan instalasi ditempat akan dimulai.

“Saat kita berbicara ini, pengiriman terakhir untuk sistem manajemen pertempuran no. 4 sedang dalam perjalanan ke Indonesia. Tim lokal kami telah memulai instalasi sensor dan persenjataan ke dalam Sistem C-Flex KCR-60 yang akan datang.”

Keempat kapal serang cepat ini diharapkan siap untuk uji penerimaan laut dan uji tembak langsung selama 2022. Uji pertama dijadwalkan pada Juli-Agustus dan meskipun COVID-19 menciptakan hambatan bagi kolaborasi lintas batas, Per Boye Ovesen yakin bahwa kerjasama dengan PT PAL dan TNI AL akan terus berjalan lancar dan membuahkan hasil seperti selama ini.

PEMBERDAYAAN KEMITRAAN YANG KUAT MELALUI KEHADIRAN LOKAL

Untuk memudahkan operasi, Terma telah mendirikan kantor lokal dan mempekerjakan staf lokal di Jakarta dan Surabaya, di mana kapal-kapal itu dibangun, dengan tujuan untuk membawa kompetensi dan pengetahuan lebih dekat ke galangan kapal.

Kehadiran lokal diperlukan untuk memastikan kolaborasi yang lancar ketika kemitraan lintas batas reguler dipersulit oleh pandemi. Dengan mendekatkan kompetensi ke galangan kapal, Terma dan PT PAL telah menciptakan kondisi optimal untuk memastikan pembangunan berkualitas tinggi yang sesuai jadwal.

Namun, menerapkan sistem manajemen pertempuran baru adalah tugas yang kompleks.

“Sebagai integrator sistem yang bertanggung jawab, kita harus memastikan bahwa semua sistem bekerja sama dengan lancar dan memberikan kesadaran situasional yang diperlukan, dukungan keputusan, dan pada akhirnya mengendalikan berbagai sistem senjata di dalamnya,” Per Boye Ovesen menjelaskan.

Ketika selesai, KCR-60 akan dilengkapi dengan sistem pengawasan, ESM dan IFF serta senjata, peluncur rudal, dan sistem pengecoh.

NILAI PENTING KEKUATAN MARITIM DI ASIA-PASIFIK

Walaupun ini merupakan program CMS besar pertama Terma di Indonesia, perusahaan asal Denmark tersebut telah menghadirkan Combat Suites untuk negara-negara lain di kawasan Asia-Pasifik seperti Brunei, Thailand, dan Australia. Lebih dari 10 Angkatan Laut dan Penjaga Pantai di wilayah tersebut mengandalkan solusi angkatan laut dari Terma termasuk C-Flex CMS, radar SCANTER, dan Sistem Peluncuran Umpan C-Guard.

Dari sudut pandang angkatan laut, kawasan Asia-Pasifik cukup luar biasa. Dengan wilayah yang memiliki beberapa garis pantai terpanjang di dunia, dan dengan negara-negara yang membentang di atas perairan yang luas, kebutuhan akan kemampuan maritim yang komprehensif sangat penting untuk melindungi dari pelanggaran wilayah dan zona eksklusi ekonomi.

Dengan rencana kapal serang cepat yang menambah kecepatan, kelincahan, dan daya tembak untuk TNI-AL, negara ini akan meningkatkan kemampuan mereka untuk mengamankan kedaulatan teritorial di perairan yang mengelilingi lebih dari 17.000 pulau mereka.

Berita terkait:

Terma Secara Resmi Membuka Kantor Cabang Di Surabaya