Empat Opsi Frigat Untuk Indonesia

Untuk memenuhi target program Minimum Essential Force (MEF) bagi TNI-AL hingga tahun 2024, kementerian pertahanan Indonesia tengah mempertimbangkan tawaran kapal-kapal perang permukaan jenis frigat dari empat sumber. Mereka adalah Fincantieri (Italia) dengan frigat kelas Bergamini / FREMM, Babcock (Inggris) dengan Arrowhead 140, Mitsui atau Mitsubishi Heavy Industries (Jepang) dengan 30FFM dan Damen (Belanda) dengan Improved Sigma 10514.

Program pengadaan lanjutan ini dimaksudkan untuk mengganti frigat kelas Ahmad Yani yang dibuat di tahun 1964 sebagai frigat kelas Van Speijk di Belanda, dan dioperasikan oleh TNI-AL sejak tahun 1986. Tercatat ada sebanyak 6 unit frigat kelas ini dimana kapal yang terakhir masuk jajaran TNI-AL di tahun 1990.

TNI-AL sendiri telah menerima dua kapal perang kelas Sigma 10514 yakni KRI Raden Eddy Martadinata (331) dan KRI I Gusti Ngurah Rai (332) yang resmi bergabung sejak tahun 2017 dan 2018. Biarpun demikian, masih belum bisa dipastikan apakah kapal-kapal berikutnya akan datang dari sumber yang sama mengingat kapal-kapal yang kini tengah dipertimbangkan mempunyai dimensi yang relatif lebih besar – antara 130 hingga 140 meter – bila dibandingkan dengan frigat kelas Martadinata.

KRI kelas Martadinata mempunyai dimensi panjang 105,1 meter dan lebar 14 meter dengan kedalaman lunas 3,7 meter. Selain dipersenjatai dengan meriam kaliber 76 milimeter dari Leonardo (Oto Melara), frigat yang memiliki kecepatan maksimum 30 knot dan jarak jelajah sejauh 4.000 mil laut ini juga dipersenjatai 8 peluru kendali MM-40 Exocet, meriam anti serangan udara Millenium Gun kaliber 35 mm dari Rheimetall Oerlikon serta peluru kendali anti pesawat VL MICA.